KABAR REPUBLIK - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bandung sukses melaksanakan debat terakhir dalam rangkaian Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tahun 2024.
Acara yang berlangsung di The Trans Luxury Hotel Bandung pada Selasa (19/11/2024) pukul 19.00 WIB tersebut dihadiri oleh seluruh pasangan calon. Debat ini merupakan salah satu upaya memberikan edukasi kepada masyarakat Kota Bandung agar dapat menentukan pemimpin yang tepat untuk memimpin kota ini selama lima tahun mendatang.
Debat terbagi dalam enam sesi, di mana setiap pasangan calon wali kota dan wakil wali kota menyampaikan solusi terhadap berbagai persoalan yang dihadapi Kota Bandung.
Empat sesi awal berlangsung lancar, dengan semua pasangan calon menyampaikan visi, misi, dan pendapat mereka dengan santun. Namun, pada sesi kelima, terjadi insiden yang kurang berkenan dan dianggap tidak pantas oleh masyarakat, melibatkan pasangan calon nomor urut 3, Farhan-Erwin.
Pada sesi kelima, masing-masing pasangan calon diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan berdasarkan subtema yang diambil oleh panelis Rosleny Marliani menggunakan metode fish ball.
Pasangan Farhan-Erwin mendapat giliran untuk bertanya terkait Pelayanan dan Infrastruktur Kesehatan. Dalam sesi ini, calon Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, mengajukan pertanyaan kepada ketiga pasangan calon lainnya.
"Saya masih jadi Ketua RW. Saya melihat UHC ini posisinya mudah, tapi kadang sulit. Saya ingin tahu bagaimana dari paslon untuk bisa lebih memudahkan semua proses ini? Mohon dijawab dengan komprehensif karena ini bagian dari edukasi masyarakat," tanya Erwin kepada paslon lain.
Setelah ketiga pasangan calon memberikan jawaban, Erwin menanggapi pernyataan mereka dengan memberikan sanggahan.
"Proses UHC kalau belum sakit parah prosesnya ke puskesmas dulu, baru masuk dinkes untuk validasi. Kalau sudah mau 'paeh,' bisa langsung masuk IGD rumah sakit dengan menunjukkan KTP melalui SKTM atau kartu keluarga," ucap Erwin.
Pernyataan tersebut memicu reaksi negatif dari pasangan calon lainnya, termasuk dari Muhammad Farhan, pasangannya. Hal ini sangat disayangkan, terutama karena debat terakhir ini seharusnya menjadi rujukan masyarakat dalam memilih pemimpin, dan pernyataan tersebut disampaikan dalam siaran yang ditonton secara nasional.
"Mohon maaf, wakil saya terprovokasi sehingga ada kata kasar yang seharusnya tidak diucapkan untuk manusia. Sebaiknya digunakan istilah meninggal dunia," ujar Farhan di tengah sesi debat.
Insiden ini menjadi pengingat bahwa calon pemimpin perlu menjaga kebijaksanaan dalam berbicara di ruang publik. Ucapan yang tidak hati-hati dapat melukai perasaan masyarakat. Selain itu, pemimpin yang ideal harus mampu berpikir dengan tenang dan tidak mudah terprovokasi.***
0 Komentar