KABAR REPUBLIK - Blok Banjir adalah sebutan untuk RT 6 dan 7 di RW 7, Kelurahan Babakan Tarogong, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung, yang menunjukkan bahwa kawasan ini rentan terhadap banjir setiap kali musim hujan tiba.
Pada hari Sabtu (19/10/2024), calon Wali Kota Bandung nomor urut 4, Arfi Rafnialdi, bersilaturahmi dan menyapa warga Blok Banjir. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian acara Kang Arfi Mapay Lembur 40 Jam Bersama Warga.
Kang Arfi didampingi ahli Teknik Sumber Daya Air sekaligus Guru Besar Teknik Sipil dan Lingkungan ITB, Prof Indratmo. "Melaksanakan rangkaian kegiatan Mapay Lembur 40 Jam Bersama Warga. Ternyata, ada wilayah yang bernama Blok Banjir. Ketika silaturahmi itu, selain mendengar langsung keluhan masyarakat, saya banyak bertanya ke beliau (Prof Indratmo) untuk menghadirkan solusi engineering atas persoalan di Blok Banjir," tutur Kang Arfi pada sela-sela bersilaturami dengan warga Blok Banjir, Sabtu (19/10/2024).
Kang Arfi mengungkapkan, berdasarkan keluhan warga, bahwa Blok Banjir mengalami kekurangan air saat kemarau, tetapi justru banjir saat hujan. Ini menciptakan situasi dilematis bagi masyarakat setempat.
"Ibu-ibu curhat, mengharapkan musim hujan agar sumurnya berisi air. Namun, pada sisi lain, warga kebanjiran setiap musim hujan," tutur Kang Arfi.
Setelah meninjau kondisi Blok Banjir, Prof. Indratmo mengusulkan beberapa solusi untuk mengurangi risiko banjir dan meningkatkan penyediaan air bersih bagi masyarakat setempat. Ia menilai bahwa kedua masalah tersebut dapat diatasi secara feasible.
Dalam upaya menangani banjir, Prof. Indratmo menyarankan beberapa langkah, seperti pembuatan kolam retensi di kawasan hulu, penerapan teknik rekayasa pada sistem drainase, serta pengelolaan air menggunakan pompa.
Prof. Indratmo memberikan contoh penanganan banjir melalui teknik rekayasa dengan memasang katup di pipa saluran. Katup ini berfungsi untuk menutup saat tinggi muka air meningkat dan kembali terbuka saat air surut.
Dalam hal penyediaan air bersih yang merupakan kebutuhan dasar masyarakat, ia merekomendasikan kepada pemerintah untuk meningkatkan cakupan layanan Perumda Tirtawening. Ia menegaskan bahwa pemenuhan kebutuhan air bersih harus bersumber dari air permukaan.
"Tadi, sempat bertanya ke warga, sumber air bersih berasal dari air tanah. Warga beroleh air dari kedalaman 80 meter. Ketika hal itu terus terjadi, air di dalam tanah semakin dalam, terus turun 1 meter per tahun. Ada ibu yang sempat bilang, punya sumur air dangkal dengan kedalaman 8 meter. Saya jamin, saat ini sumur itu kering," ujar Prof Indratmo.
0 Komentar